Rabu, 25 November 2009

BUDGETING

Oleh : Suparno, SE, MM

BAGIAN I

ANGGARAN

A. Anggaran

Anggaran (Budget) adalah rencana kuantitatif aktivitas usaha sebuah organisasi (pemasaran, produksi dan keuangan) ; anggaran mengidentifikasi sumber daya dan komitmen yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan organisasi selama periode dianggarkan.

B. Karakteristik Anggaran :

1.Anggaran mengestimasi potensi laba satuan bisnis

2.Anggaran dinyatakan dalam istilah moneter, walaupun jumlah moneter dapat saja ditunjang oleh jumlah non moneter (misalnya, unit yang dijual atau diproduksi).

3.Mencakup periode satu tahun.

4.Anggaran merupakan komitmen manajemen; manajer sepakat untuk mengemban tanggung jawab atas pencapaian tujuan yang dianggarkan.

5.Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh otoritas yang lebih tinggi ketimbang oleh pihak yang menganggarkan (budgetee).

6.Begitu disetujui, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi yang ditetapkan.

7.Secara berkala, kinerja finansial sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran, dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.

C. Tujuan Pokok Anggaran

  1. Memprediksi transaksi dan kejadian finansial serta non finansial di masa yang akan datang
  2. Mengembangkan informasi yang akurat dan bermakna bagi penerima anggaran.

D. Manfaat Anggaran

Anggaran menunjukkan kepada manajemen

  1. Angka laba yang dikehendaki oleh perusahaan.
  2. Sumber daya yang diharapkan dapat dihasilkan atau digunakan selama periode anggaran yang akan datang.
  3. Memberikan landasan untuk pengambilan keputusan alternatif yang terbaik.

E. Keterbatasan Anggaran

  1. Dalam banyak kejadian, anggaran cenderung terlalu menyederhanakan fakta situasi nyata di lapangan
  2. Terlampau menekankan hasil ( Yi : laba bersih sesung- guhnya dibandingkan dg jumlah laba yang dianggar kan), namun bukan pada sebab musababnya.
  3. Tema partisipatif pada anggaran menuntut dukungan penuh dan keterlibatan manjemen.
  4. Dapat menggerogoti inisiatif manajemen dengan meng halangi perkembangan dan tindakan baru yang tidak tercakup dalam anggaran.
  5. Proses penganggaran bukanlah ilmu murni dan pertimbangan yang baik memainkan peran esensial.

BAGIAN II

SISTEM PENGANGGARAN UNTUK AKTIVITAS BISNIS.

A. Terdapat 4 (empat) ancangan dasar terhadap anggaran :

  1. Penganggaran inkremental
  2. Penganggaran basis nol
  3. Penganggaran Statik dan
  4. Penganggaran fleksibel.

Ad. 1. Anggaran Inkremental (Incremental Budget)

Yakni metode anggaran yang hanya mempertimbangkan perubahan sumber daya dari anggaran tahun sebelumnya. Dalam hal ini anggaran sebelumnya, berfungsi sebagai landasan bagi penganggaran sumber daya inkremental.

Keunggulan ancangan inkremental adalah bhw ancangan ini menyederhanakan proses penganggaran dengan hanya memperhitungkan kenaikan berbagai pos anggaran.

Kelemahannya adalah bahwa pemborosan dan inefisiensi dapat menumpuk dari tahun ke tahun tanpa pernah diketahui.

Contoh Anggaran Inkremental

PT Safira Prima

Anggaran Inkremental untuk Tahun 20XX

Kenaikan Gaji Rp. 8.000.000

Posisi Penyelia baru Rp. 15.000.000

Posisi Manajerial baru Rp. 28.000.000

Kenaikan anggaran operasional Rp. 54.000.000

Program riset baru Rp. 3.500.000

Jumlah Rp.108.500.000

Ad. 2. Anggaran Basis Nol (Zero-Based Budget)

Dalam anggaran ini, semua jajaran manajemen bertolak dari nol dan mengestimasi kebutuhan sumber daya yang diperlukan untuk mendanai aktivitas-aktivitas tahun anggaran.

Ad. 3. Anggaran Statik (Static Budget)

Yakni merupakan ancangan yang dipakai oleh banyak perusahaan jasa dan ada banyak fungsi jasa pendukung seperti bagian pembelian, bagian akuntansi, dan bagian hukum.

Ad. 4. Anggaran Fleksibel (Flexible Budget)

Anggaran ini mengaitkan volume aktivitas dengan jumlah rupiah yang dianggarkan. Bermanfaat terutama dalam menaksir dan mengendalikan biaya pabrik dan beban operasi.

Ada tiga kegunaan dari anggaran ini, yakni :

a. Dapat dipakai untuk merumuskan anggaran sebelum adanya data taksiran tingkat aktivitas.

b. Dapat dipakai setelah adanya data untuk menghitung berapa seharusnya biaya untuk tingkat aktivitas aktual.

c. Membantu manajemen dalam menghadapi ketidak pastian dengan memampukan mereka untuk melihat taksiran hasil dalam kisaran aktivitas tertentu.

BAGIAN III

PENYUSUNAN INDUK ANGGARAN (MASTER BUDGET)

Induk Anggaran (Master Budget) adalah sebuah anggaran komprehensif yang menyatakan keseluruhan rencana bisnis bagi seluruh perusahaan untuk suatu periode yang mencakup satu tahun atau kurang.

Induk Anggaran terdiri atas dua komponen utama, yakni :

(1) Anggaran operasi, dan

(2) Anggaran keuangan

Anggaran Operasi merupakan deskripsi rinci pendapatan dan biaya yang dibutuhkan untuk mencapai hasil laba yang memuaskan.

Anggaran Keuangan memperlihatkan ekspektasi arus kas dan posisi keuangan dengan kegiatan-kegiatan usaha yang terencana.

Induk Anggaran untuk sebuah perusahaan pabrikasi akan berisi anggaran berikut :

Induk Anggaran

Anggaran Operasi

Anggaran Keuangan

Angg. Penjualan

Anggaran pengeluaran modal

Angg. Produksi

Anggaran Kas

Angg. Bhn. Baku Langsung

Laporan Laba Rugi dianggarkan

Angg. Tenaga Kerja Lgs

Neraca Dianggarkan.

Angg. Overhead pabrikasi


Angg. Persed. Akhir Barang Jadi.


Angg. Beban Penjualan & Adm.


BAGIAN IV

ANGGARAN PENJUALAN

Yakni merupakan skedul rinci yang memperlihatkan penjualan yang diharapkan untuk periode yang akan datang. Anggaran penjualan berasal dari estimasi permintaan (dan kesanggupan untuk memasok) akan produk perusahaan pada harga tertentu.

Contoh Kasus : Anggaran Penjualan

Sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha industri tas anak-anak, akan merencanakan penjualan ke beberapa daerah secara kuartalan sebanyak 200.000 unit selama tahun 2006.

Berikut disajikan informasi berkenaan dengan rencana penjualan di atas, yakni sebagai berikut :

Rencana Penjualan selama 4 kwartal adalah sebagai berikut :

Kwartal I : 20.000 unit

Kwartal II : 60.000 unit

Kwartal III : 30.000 unit

Kwartal IV : 18.000 unit

Harga jual/unit : Rp. 1000

Tagihan kas kwartal IV pada tahun sebelumnya (2005) adalah Rp. 3.100.000

Tagihan kas penjualan sebagai berikut : 70% ditagih dalam kwartal penjualan, sedangkan sisanya 30% ditagih pada kwartal berikutnya.

Penjualan pada kwartal IV terdapat sebanyak Rp. 5.400.000 yang tidak tertagih dan dimasukkan sebagai piutang usaha pada akhir periode tahun 2006


PT Singga Buana






Anggaran Penjualan





31 Desember 2006














Kwartal



Keterangan

I

II

III

IV

Tahun

Expektasi Penjualan

20000

60000

30000

18000

128000

Harga Jual per Unit

1000

1000

1000

1000

1000

Jumlah Penjualan

20000000

60000000

30000000

18000000

128000000








Skedul Ekspektasi Penagihan Kas


Piutang Usaha

3100000




3100000

Penjualan






Kuartal I (20jt x






70%, 30%)

14000000

6000000



20000000

Kuartal II (60jt x






70%, 30%)


42000000

18000000


60000000

Kuartal III (30jt x






70%, 30%)



21000000

9000000

30000000

Kuartal IV (18jt x






70%)




12600000

12600000







Jml Kas yg Ditagih

14000000

48000000

39000000

21600000

125700000













BAGIAN V

ANGGARAN PRODUKSI (PRODUCTION BUDGET)

Yakni merupakan skedul rinci yang mengidentifikasi produk atau jasa yang harus dihasilkan atau disediakan utnuk meraih penjualan yang dianggarkan dan kebutuhan persediaan.

A. Kebutuhan produksi.

Jumlah unit produk yang akan diproduksi (produksi dianggarkan) dapat ditentukan dengan cara :

(Tingkat persediaan akhir barang jadi yang dikehendaki + Taksiran penjualan) – Tingkat Persediaan awal barang jadi yang dikehendaki.

Berdasarkan data penjualan di atas, buatlah angaran Produksi dengan ketentuan sebagai berikut :

Diketahui :

· Jml persediaan akhir yang dikehendaki sebesar 20% dari penjualan kuartal berikutnya.

· Jumlah persediaan awal adalah sama dengan jumlah persediaan akhir pada kuartal sebelumnya.


PT Singga Buana






Anggaran Produksi





31 Desember 2006












Keterangan



Kwartal




I

II

III

IV

Tahun

Expektasi Penjualan

20000

60000

30000

18000

128000

Persed Akhir yg dikehendaki

12000

6000

3600

4000

4000

Jml Kebth persed

32000

66000

33600

22000

132000

Persed Awal

-3000

-12000

-6000

-3600

-3000

Jml yg akan Diprod

29000

54000

27600

18400

129000
















Anggaran Bahan Baku Langsung

(Direct Materials Budget)

Kerjakan di rumah, dengan dasar perhitungan dari perusahaan atau pengalaman yang pernah Saudara alami!


BAGIAN VI

PENGANGGARAN

A. Definisi Penganggaran:

Penganggaran adalah penciptaan suatu rencana kegiatan yang dinyatakan dalam ukuran keuangan. Penganggaran memainkan peran penting di dalam perencanaan, pengendalian, dan pembuatan keputusan. Anggaran juga untuk meningkatkan koordinasi dan komunikasi, peran

B. Karakteristik Penganggaran :

  1. Penganggaran mengestimasi potensi laba satuan bisnis
  2. Penganggaran dinyatakan dalam istilah moneter, walaupun jumlah moneter dapat saja ditunjang oleh jumlah non moneter (missalnya, unit yang dijual atau diproduksi).
  3. Mencakup periode satu tahun.
  4. Penganggaran merupakan komitmen manajemen; manajer sepakat untuk mengemban tanggung jawab atas pencapaian tujuan yang dianggarkan.
  5. Usulan Penganggaran ditelaah dan disetujui oleh otoritas yang lebih tinggi ketimbang oleh pihak yang menganggarkan (budgetee).
  6. Begitu disetujui, Penganggaran hanya dapat diubah dalam kondisi yang ditetapkan.
  7. Secara berkala, kinerja finansial sesungguhnya dibandingkan dengan Penganggaran, dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.

C. Tujuan Pokok Penganggaran

  1. Memprediksi transaksi dan kejadian financial serta non finansial di masa yang akan datang.
  2. Mengembangkan informasi yang akurat dan bermakna bagi penerima anggaran.

D. Manfaat Penganggaran, menunjukkan kepada manajemen mengenai :

  1. Angka laba yang dikehendaki oleh perusahaan.
  2. Sumber daya yang diharapkan dapat dihasilkan atau digunakan selama periode anggaran yang akan datang.
  3. Anggaran juga menginformasikan kepada manajemen konsekuensi serangkaian alternative tindakan, memberi kan landasan untuk memutuskan alternative yang terbaik.

E. Perencanaan.

Perencanaan strategic (Strategic Planning), adalah proses penetapan bentuk dan ukuran beberapa program yang akan dilaksanakan dalam menerapkan strategi organisasi.

Perbedaan antara Perencanaan strategic dan penyusunan Anggaran (penganggaran).

Perencanaan Strategik

· Terfokus pada aktivitas-aktivitas yang melampaui periode beberapa tahun.

· Mendahului penganggaran dan memberikan kerangka acuan bagi penyusunan anggaran tahunan.

· Pada intinya distruktur menurut lini produk dan program lainnya.

Penganggaran

· Proses penganggaran terpusat pada satu tahun

· Distruktur menurut pusat pertanggungjawaban.

· Penganggaran mengharuskan manajer untuk memikirkan secara berkala apa yang inign diraih oleh departemen mereka.

F. Proses penganggaran

  1. Mendefinisikan penyusunan anggaran dan mendiskusikan perannya dalam perencanaan, pembuatan keputusan, dan pengendalian.

  1. Mendefinisikan dan menyusun anggaran induk, mengidentifikasikan komponen-komponen utamanya, dan menjelaskan hubungan antar komponen-komponen tersebut.

3. Menguraikan pengangaran fleksibel dan fitur yang harus dimiliki oleh system penganggaran untuk mendorong manajer berperilaku keselerasantujuan.

4. Menguraikan penganggaran berbasis aktivitas.

BAGIAN VII

PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA

Reformasi sektor publik salah satunya ditandai oleh munculnya era New Public Management (NPM) yang telah mendorong usaha untuk mengembangkan pendekatan yang lebih sistematis dalam perencanaan anggaran sektor publik. Seiring dengan perkembangan tersebut, muncul beberapa teknik penganggaran sektor publik, misalnya adalah teknik anggaran kinerja (performance budgeting), Zero Based Budgeting (ZBB), dan Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS).

Pendekatan baru dalam sistem anggaran publik tersebut cenderung memiliki karakteristik umum sebagai berikut:

Ø Komprehensif/komparatif
Ø Terintegrasi dan lintas departemen
Ø Proses pengambilan keputusan yang rasional
Ø Berjangka panjang
Ø Spesifikasi tujuan dan perangkingan prioritas
Ø Analisis total cost dan benefit (termasuk opportunity cost)
Ø Berorientasi input, output, dan outcome (value for money), bukan sekedar input.
Ø Adanya pengawasan kinerja.

A. Anggaran Tradisional
Sentralistis, Berorientasi pada input, tidak terkait dengan perencanaan jangka panjang, Line-item dan incrementalism, Batasan departemen yang kaku (rigid department), Menggunakan aturan klasik:Vote accounting, Prinsip anggaran bruto,Bersifat tahunan.

Desentralisasi & devolved management, Berorientasi pada input, output, dan outcome (value for money), Utuh dan komprehensif dengan perencanaan jangka panjang, Berdasarkan sasaran dan target kinerja, Lintas departemen, (cross department), Zero-Base Budgeting, Planning Programming Budgeting System, Sistematik dan rasional, Bottom-up budgeting.

Traditional budget didominasi oleh penyusunan anggaran yang bersifat line-item dan incrementalism, yaitu proses penyusunan anggaran yang hanya mendasarkan pada besarnya realisasi anggaran tahun sebelumnya, konsekuensinya tidak ada perubahan mendasar terhadap anggaran baru. Hal ini seringkali bertentangan dengan kebutuhan riil dan kepentingan masyarakat. Performance budget pada dasarnya adalah sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja. Kinerja tersebut harus mencerminkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, yang berarti harus berorientsi kepada kepentingan publik.

B. Anggaran Berbasis Kinerja

Penganggaran merupakan rencana keuangan yang secara sistimatis menunjukkan alokasi sumber daya manusia, material, dan sumber daya lainnya. Berbagai variasi dalam sistem penganggaran pemerintah dikembangkan untuk melayani berbagai tujuan termasuk guna pengendalian keuangan, rencana manajemen, prioritas dari penggunaan dana dan pertanggungjawaban kepada publik. Penganggaran berbasis kinerja diantaranya menjadi jawaban untuk digunakan sebagai alat pengukuran dan pertanggungjawaban kinerja pemerintah.

Penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut. Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kerja. Sedangkan bagaimana tujuan itu dicapai, dituangkan dalam program, diikuti dengan pembiayaan pada setiap tingkat pencapaian tujuan.

Program pada anggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan, serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah. Aktivitas tersebut disusun sebagai cara untuk mencapai kinerja tahunan. Dengan kata lain, integrasi dari rencana kerja tahunan yang merupakan rencana operasional dari Renstra dan anggaran tahunan merupakan komponen dari anggaran berbasis kinerja. Elemen-elemen yang penting untuk diperhatikan dalam penganggaran berbasis kinerja adalah :

1. Tujuan yang disepakati dan ukuran pencapaiannya.

2. Pengumpulan informasi yang sistimatis atas realisasi pencapaian kinerja dapat diandalkan dan konsisten, sehingga dapat diperbandingkan antara biaya dengan prestasinya.

3. Penyediaan informasi secara terus menerus sehingga dapat digunakan dalam manajemen perencanaan, pemrograman, penganggaran dan evaluasi.

Kondisi yang harus disiapkan sebagai faktor pemicu keberhasilan implementasi penggunaan anggaran berbasis kinerja, adalah :

1. Kepemimpinan dan komitmen dari seluruh komponen organisasi.

2. Fokus penyempurnaan administrasi secara terus menerus.

3. Sumber daya yang cukup untuk usaha penyempurnaan tersebut (uang,waktu dan orang).

4. Penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) yang jelas

5. Keinginan yang kuat untuk berhasil.

Dalam menyusun anggaran berbasis kinerja perlu diperhatikan antara lain prinsip-prinsip penganggaran, aktivitas utama dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja dan peranan legislatif.

C. Prinsip-Prinsip Penganggaran
1. Transparansi dan akuntabilitas anggaran

Anggaran harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran, hasil, dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang dianggarkan. Anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat. Masyarakat juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut.

2. Disiplin anggaran

Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Sedangkan belanja yang dianggarkan pada setiap pos/pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan/proyek yang belum/tidak tersedia anggarannya. Dengan kata lain, bahwa penggunaan setiap pos anggaran harus sesuai dengan kegiatan/proyek yang diusulkan

3. Keadilan anggaran

Pemerintah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya secara adil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam pemberian pelayanan, karena pendapatan pemerintah pada hakikatnya diperoleh melalui peran serta masyarakat secara keseluruhan.

4. Efisiensi dan efektivitas anggaran

Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan azas efisiensi, tepat guna, tepat waktu pelaksanaan, dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan. Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan dan kesejahteraan yang maksimal untuk kepentingan masyarakat.

5. Disusun dengan pendekatan kinerja

Anggaran yang disusun dengan pendekatan kinerja mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja (output/outcome) dari perencanaan alokasi biaya atau input yang telah ditetapkan. Hasil kerjanya harus sepadan atau lebih besar dari biaya atau input yang telah ditetapkan. Selain itu harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja di setiap organisasi kerja yang terkait.

Selain prinsip-prinsip secara umum seperti yang telah diuraikan di atas, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 mengamanatkan perubahan-perubahan kunci tentang penganggaran sebagai berikut:
1. Penerapan pendekatan penganggaran dengan perspektif jangka menengah

Pendekatan dengan perspektif jangka menengah memberikan kerangka yang menyeluruh, meningkatkan keterkaitan antara proses perencanaan dan penganggaran, mengembangkan disiplin fiskal, mengarahkan alokasi sumber daya agar lebih rasional dan strategis, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dengan pemberian pelayanan yang optimal dan lebih efisien.

Dengan melakukan proyeksi jangka menengah, dapat dikurangi ketidakpastian di masa yang akan datang dalam penyediaan dana untuk membiayai pelaksanaan berbagai inisiatif kebijakan baru, dalam penganggaran tahunan. Pada saat yang sama, harus pula dihitung implikasi kebijakan baru tersebut dalam konteks keberlanjutan fiskal dalam jangka menengah. Cara ini juga memberikan peluang untuk melakukan analisis apakah pemerintah perlu melakukan perubahan terhadap kebijakan yang ada, termasuk menghentikan program-program yang tidak efektif, agar kebijakan-kebijakan baru dapat diakomodasikan.

2. Penerapan penganggaran secara terpadu

Dengan pendekatan ini, semua kegiatan instansi pemerintah disusun secara terpadu, termasuk mengintegrasikan anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan. Hal tersebut merupakan tahapan yang diperlukan sebagai bagian upaya jangka panjang untuk membawa penganggaran menjadi lebih transparan, dan memudahkan penyusunan dan pelaksanaan anggaran yang berorientasi kinerja. Dalam kaitan dengan menghitung biaya input dan menaksir kinerja program, sangat penting untuk mempertimbangkan biaya secara keseluruhan, baik yang bersifat investasi maupun biaya yang bersifat operasional.

3. Penerapan penganggaran berdasarkan kinerja

Pendekatan ini memperjelas tujuan dan indikator kinerja sebagai bagian dari pengembangan sistem penganggaran berdasarkan kinerja. Hal ini akan mendukung perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam pemanfaatan sumber daya dan memperkuat proses pengambilan keputusan tentang kebijakan dalam kerangka jangka menengah. Rencana kerja dan anggaran (RKA) yang disusun berdasarkan prestasi kerja dimaksudkan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Oleh karena itu, program dan kegiatan Kementerian Negara/Lembaga atau SKPD harus diarahkan untuk mencapai hasil dan keluaran yang telah ditetapkan sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) atau rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

D. Aktivitas Utama dalam Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja

Aktivitas utama dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja adalah mendapatkan data kuantitatif dan membuat keputusan penganggarannya. Proses mendapatkan data kuantitatif bertujuan untuk memperoleh informasi dan pengertian tentang berbagai program yang menghasilkan output dan outcome yang diharapkan. Data kuantitatif juga dapat memberikan informasi tentang bagaimana manfaat setiap program terhadap rencana strategis. Proses pengambilan keputusan harus melibatkan setiap level dari manajemen pemerintahan. Pemilihan dan prioritas program yang akan dianggarkan akan sangat tergantung pada data tentang target kinerja yang diharapkan dapat dicapai.

E. Peranan Legislatif dalam Penyusunan Anggaran

Alokasi anggaran setiap program di masing masing unit kerja pada akhirnya sangat dipengaruhi oleh kesepakatan antara legislatif dan eksekutif. Prioritas dan pilihan pengalokasian anggaran pada tiap unit kerja dihasilkan setelah melalui koordinasi diantara bagian dalam lembaga eksekutif dan legislatif. Dalam usaha mencapai kesepakatan, seringkali keterkaitan antara kinerja dan alokasi anggaran menjadi fleksibel dan longgar namun dengan adanya Analisis Standar Belanja (ASB), alokasi anggaran menjadi lebih rasional.

Sumber Buku Administrasi Keuangan Publik Karya Enceng

BAGIAN VIII

RINGKASAN TUJUAN PENGAJARAN

1. Penganggaran dan Perannya di dalam Perencanaan, Pengendalian, dan Pembuatan Keputusan.

Penganggaran adalah penciptaan suatu rencana kegiatan yang dinyatakan dalam ukuran keuangan. Penganggaran memainkan peran penting di dalam perencanaan, pengendalian, dan pembuatan keputusan. Anggaran juga untuk meningkatkan koordinasi dan komunikasi, peran anggaran terus meningkat penting sebagaimana pertumbuhan ukuran organisasi.

2. Anggaran Induk, Komponen-komponen Utamanya, dan Hubungan Erat timbal Berbagai Komponen Tersebut.

Anggaran induk adalah rencana keuangan yang menyeluruh dari suatu organisasi, terdiri dari anggaran pengoperasian dan anggaran keuangan. Anggaran pengoperasian mencakup anggaran rugi laba dan semua anggaran pendukungnya. Anggaran penjualan terdiri dari kuantitas yang diantisipasi dan harga semua produk yang akan dijual. Anggaran produksi mencakup unit produksi yang diharapkan untuk memenuhi penjualan yang diharapkan ditambah sediaan akhir yang diinginkan dan dikurangi sediaan awal. Anggaran pembelian bahan baku menunjukkan pembelian yang diperlukan untuk sepanjang tahun yang dirinci untuk setiap jenis bahan baku untuk memenuhi kebutuhan produksi dan untuk tujuan sediaan yang diinginkan. Anggaran tenaga kerja langsung dan anggaran biaya overhead anggaran menunjukkan sejumlah sumber daya yang diperlukan untuk berproduksi tahun yang akan datang. Anggaran biaya overhead perlu dipecah ke dalam komponen tetap dan komponen variabel untuk memudahkan penyusunan anggaran tersebut. Anggaran biaya penjualan dan biaya administratif menunjukkan biaya-biaya yang diramalkan untuk kedua fungsi tersebut. Anggaran sediaan barang jadi dan anggaran harga pokok penjualan masing-masing menunjukkan biaya produksi secara terinci untuk

sediaan akhir yang diharapkan dan unit produk yang terjual. Anggaran rugi laba menunjukkan secara singkat laba bersih yang akan direalisasi jika rencana-rencana yang dianggarkan tercapai dengan baik. Anggaran keuangan meliputi anggaran kas, anggaran pengeluaran modal anggaran, dan anggaran neraca. Anggaran kas secara sederhana menunjukkan saldo awal kas, ditambah kas masuk yang diantisipasi lebih, dikurangi pengeluaran kas yang diantisipasi, saldo kas lebih atau kurang maupun yang yang mungkin perlu dipinjam. Anggaran neraca (atau pro forma) neraca memberikan gambaran saldo akhir aktiva, utang, dan modal yang diantisipasi jika rencana yang dianggarkan terlaksana dengan baik.

3. Penganggaran Fleksibel dan Corak (Fitur)

Sistem Penganggaran yang Dapat Mendorong Para Manajer Berperilaku Selaras Tujuan. Sukses suatu sistem penganggaran tergantung pada bagaimana factor-faktor manusia dipertimbangkan secara serius. Untuk mengurangi perilaku disfungsional, organisasi perlu menghindari anggaran yang terlalu menekankan pada mekanisme kendali. Bidang kinerja yang lainnya harus dievaluasi sebagai tambahan terhadap anggaran. Anggaran dapat disempurnakan sebagai ukuran-ukuran kinerja dengan menggunakan penganggaran partisipatif dan perangsang nonmoneter lainnya, menyediakan umpan balik kinerja yang sering, menggunakan penganggaran fleksibel, menjamin bahwatujuan yang dianggarkan mencerminkan kenyataan, dan para manajer hanya bertanggung jawab untuk biaya-biaya yang terkendalikan baginya.

4. Penganggaran Berdasar Aktivitas (Activity-based Budgeting).

Penganggaran berdasar aktivitas mengidentifikasi aktivitas-aktivitas, permintaan untuk aktivitas keluaran, dan biaya sumber-sumber daya yang dierlukan untuk mendukung keluaran aktivitas yang diminta. Perbedaan utama pendekatan berdasar aktivitas adalah daftar aktivitas-aktivitas yang terinci dan biaya-biaya yang diharapkan untuk aktivitas-aktivitas yang digolongkan ke dalam biaya overhead pabrik, penjualan, dan administratif. Penganggaran berdasar aktivitas mempunyai potensi menjadi lebih akurat dibanding penganggaran tradisional karena memusatkan pada ukuran-ukuran keluaran untuk masing-masing aktivitas dan sehingga memungkinkan seorang manajer untuk memahami perilaku biaya pada suatu level yang jauh lebih terinci. Penganggaran fleksibel aktivitas juga lebih akurat karena penganggaran tersebut menggunakan rumus-rumus biaya yang tergantung pada masing-masing ukuran keluaran aktivitas.